Monday, 25 November 2013

tamu (Maulana Jalaluddin Rumi)

Sayangku, jasad ini adalah sebuah Rumah Tamu; setiap pagi ada tamu baru yang datang.

Janganlah berkata: “Wah, ada beban tambahan melingkari leherku!” atau tamumu akan melesat kembali ke ketiadaan.

Apa pun yang memasuki qalb-mu, ia adalah seorang tamu dari alam yang tidak tampak: sambutlah dengan baik!

Setiap hari, setiap saat, sebuah pikiran mendatangi, bagaikan seorang tamu kehormatan ke dalam qalb-mu.

Wahai jiwaku, perlakukan setiap gerakan qalb sebagai seorang manusia, karena nilai seseorang terletak pada qalb-nya.

Jika yang menghadang di jalan adalah ingatan yang menyedihkan, ia juga tengah giat menyiapkan kedatangan kegembiraan.

Dengan giat ia menyapu bersih rumahmu, agar kegembiraan yang baru bisa muncul dari Sumbernya.

Ia mencerai-beraikan dedaunan layu dari dataran qalb-mu, agar daun yang segar dapat tumbuh.

Ia mencabut kegembiraan yang lama, agar suatu kegembiraan yang baru bisa datang dari Sebelah Sana.

Kesedihan mencabut akar busuk yang tersembunyi dari pandangan.

Kehilangan apa pun yang ditimbulkan kesedihan, atau yang membuat qalbmu terluka, ia menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.

Khususnya bagi mereka yang yakin bahwa kesedihan adalah abdi mereka yang bermata hati.

Tanpa lintasan awan dan petir, anggur akan terbakar oleh senyuman matahari.

Baik keberuntungan mau pun kesialan, keduanya adalah tamu di qalbmu: bagaikan planet yang berjalan dari satu tanda ke tanda lainnya.

Ketika sesuatu menyinggahi tandamu, sesuaikanlah dirimu, dan bersikaplah seharmonis mungkin dengan tanda utamanya,

Sehingga ketika ia bergabung kembali dengan Sang Rembulan, ia akan berkata yang baik-baik kepada Sang Penguasa Qalb.

Ketika kesedihan mendatangimu lagi, sambutlah ia dengan senyum dan tawa,

Katakanlah: “Wahai Penciptaku, selamatkanlah aku dari keburukannya, dan jangan pisahkan aku dari kebaikannya.

Tuhanku, ingatkanlah daku untuk selalu bersyukur, sehingga aku tidak akan menyesali manakala kemaslahatannya berlalu.”

Dan bila mutiaranya bukan berada dalam tangan kesedihan yang itu, lepaskanlah dan tetaplah merasa gembira.

Tingkatkanlah latihanmu mencerap rasa manis.

Kali lain, latihanmu itu akan memberimu maslahat; suatu hari tiba-tiba saja, kebutuhanmu akan terpenuhi.

(Maulana Jalaluddin Rumi)

**************************

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS Al-Baqarah [2]: 286)

"Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Al-Hadid [57]: 23)

No comments:

Post a Comment