Monday, 25 November 2013

Nasihat Luqman al-Hakim kepada anaknya: (keledai)

Nasihat Luqman al-Hakim kepada anaknya:

"Wahai anakku, lakukanlah apa yang menjadi kemaslahatan dirimu, baik itu mengenai agamamu maupun duniamu, dan laksanakanlah semua urusanmu itu hingga tuntas. Jangan engkau pedulikan orang lain dan tak usah engkau dengar perkataan dan cemoohan mereka. Karena bagaimanapun engkau tidak akan mampu untuk membuat semua mereka menjadi puas, dan engkau pun tidak akan mampu untuk mempersatukan semua hati mereka".

Dan sesudah itu Luqman pun menyuruh anaknya untuk mengambil seekor keledai, "Anakku, bawalah kemari seekor keledai, mari kita lihat apa komentar orang-orang nanti, mereka selamanya tidak akan puas dalam melihat orang lain".

Tak lama kemudian anak itu pun datang dengan membawa keledai yang diminta. Kemudian Luqman naik ke atas punggung keledai tersebut dan menyuruh anaknya untuk berjalan menuntun binatang itu, sementara ia enak-enak duduk di atas punggungnya.

Dalam perjalanan, lewatlah mereka pada sekumpulan orang, dan ketika mereka melihat pemandangan yang ganjil itu orang-orang pun berkata, "Anak kecil disuruh berjalan, sedangkan yang sudah tua itu malah enak-enak di atas kendaraan, betapa kejamnya dan tak tahu malu orang tua itu!"

"Apa kata orang-orang itu wahai anakku?", tanya Luqman kepada anaknya. Dan setelah anak itu menerangkan atas apa yang telah mereka cemoohkan, Luqman pun turun dari atas punggung kendaraannya dan menyuruh anaknya untuk naik, dan sekarang giliran Luqman yang menuntun keledai.

Berikutnya ketika mereka melewati kerumunan orang yang lain, terdengarlah perkataan-perkataan mereka, "Yang kecil naik, sedang orang yang sudah tua renta seperti itu disuruh berjalan kaki, sungguh kejam anak itu dan tak tahu kesopanan".

"Apa kata mereka?", kata orang tua itu mengulangi pertanyaannya. Maka diterangkanlah oleh anak itu perihal apa yang telah diperkatakan orang-orang. Dan kini kedua insan anak dan bapak itu bersama-sama naik ke atas punggung binatang itu. Sehingga keduanya tiba di suatu tempat, ketika mereka melewati kerumunan orang yang berikutnya, mereka pun berkata, "Dua orang berbonceng-boncengan di atas punggung seekor keledai, padahal dua orang itu sakit tidak, lemah pun tidak, ah sungguh tak kenal belas kasihan kedua orang itu terhadap binatang".

Luqman bertanya pula kepada anaknya, "Apa kata orang-orang itu wahai anakku?".

Dan setelah anak itu menjawab, maka tak ada pilihan lain kecuali keduanya harus turun dari punggung keledai dan menuntunnya bersama-sama sambil berjalan kaki.

"Subhanallah!" orang terheran-heran melihat keledai yang segar-bugar dan kuat itu berjalan tanpa muatan, sementara kedua pemiliknya malah berjalan kaki menuntunnya bersama-sama. "Kenapa salah seorang tak mau menaikinya?", kata mereka.

Sekali lagi Luqman bertanya kepada anaknya, "Apa kata mereka wahai anakku?". Dan setelah anak itu menerangkan persoalan tersebut, berkatalah Lukman, "Wahai anakku, bukankah telah aku katakan kepadamu, lakukanlah apa yang menjadi kemaslahatan bagi dirimu, jangan pedulikan perkataan-perkataan orang. Semua hal tadi aku lakukan kepadamu tak lain hanya untuk memberikan suatu pelajaran kepadamu".

Ketika cemoohan dan pujian dari manusia telah dirasakan sama, maka inilah mulanya anugerah keikhlasan dari Allah Ta'ala tercurah kepada qalbu kita. Dzun Nun Al-Mishri menjelaskan, "Ada tiga tanda keikhlasan: Pertama, manakala seseorang telah memandang pujian dan celaan manusia sebagai hal yang sama saja. Kedua, apabila seseorang yang sedang mengerjakan amal kebaikan tidak menyadari bahwa dia sedang mengerjakan suatu kebaikan. Dan ketiga, jika seseorang telah lupa akan haknya untuk memperoleh pahala di akhirat karena amal baiknya."

No comments:

Post a Comment