Monday, 25 November 2013

iri dalam kebaikan

Khalifah ‘Umar menuturkan sebuah riwayat:

Pada suatu hari Rasulullah saw meminta bantuan dana kepada kami. Aku berhasrat untuk melebihi Abu Bakar, yang selalu berada di atasku, dalam setiap perbuatan baik. Aku membawa separo harta kekayaanku dan datang menemui Rasulullah. Lalu kuberitahukan kepada beliau bahwa sumbanganku ini separo dari segala yang kumiliki, sedangkan sisanya kutinggalkan untuk keluargaku. Abu Bakar datang dengan sekantung besar emas dan meletakkannya di kaki Rasulullah. Junjungan kita bertanya kepadanya tentang jumlah sumbangan yang diberikan itu kira-kira berapa persen dari seluruh harta yang dimilikinya. Abu Bakar menjawab, ”Semuanya!” Rasulullah menatapku, lalu bertanya kepada Abu Bakar, ”Mengapa tidak engkau simpan sebagian untuk anak-anakmu?” Abu Bakar menjawab, ”Anak-anakku berada di bawah pemeliharaan Allah dan Rasul-Nya.”

Setelah peristiwa itu, Abu Bakar tak tampak selama beberapa hari, dan bahkan tidak muncul di masjid Rasulullah saw. Karena merasa sepi akibat ketidakhadiran Abu Bakar, Rasulullah lalu menanyakan di manakah gerangan dia berada. Para sahabat menjawab bahwa Abu Bakar telah menyumbangkan seluruh harta miliknya dan kini tidak memiliki apa-apa lagi untuk dikenakan kecuali selembar kain yang dipakainya bersama dengan istrinya. Mereka memakainya bergantian untuk menutup aurat pada saat shalat. Pada saat itu jugalah Rasulullah saw mengutus Bilal ke rumah putri Rasulullah, Fathimah, dan menanyakan kepadanya apakah ia mempunyai selembar kain tak terpakai yang dapat diberikan kepada Abu Bakar supaya dia dapat menutupi auratnya dan pergi ke masjid. Fathimah yang mulia hanya memiliki selembar kain yang terbuat dari bulu domba. Kain itu lalu diserahkan kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar melingkarkan kain itu ke pinggangnya, kain itu terlalu pendek. Kemudian dia menyambungnya dengan daun kurma hingga dapat menutupi auratnya secara layak dan sopan. Setelah itu barulah dia pergi ke masjid.

Sebelum Abu Bakar sampai di masjid, malaikat Jibril menjumpai junjungan kita dengan mengenakan pakaian yang tak layak seperti yang dikenakan Abu Bakar. Ketika Rasulullah saw berkata kepada Jibril bahwa beliau tidak pernah melihatnya mengenakan pakaian seaneh itu sebelumnya, Jibril menjawab bahwa pada hari itu seluruh malaikat di Surga mengenakan pakaian seperti itu untuk menghormati Abu Bakar, orang yang sangat setia, murah hati, dan beriman. Allah Yang Mahakuasa memberkati dan memberikan penghormatan kepada Abu Bakar. Malaikat Jibril berkata: ”Sampaikan kepadanya bahwa Tuhannya mencintainya jika ia mencintai Tuhannya!” Ketika Abu Bakar menghadap junjungan kita dan mendengar berita baik ini dari bibir Rasulullah saw yang tercinta, dia bersyukur kepada Allah dan berkata, ”Sungguh aku mencintai Tuhanku!” Dan dalam kegembiraannya itu dia berputar-putar sampai tiga kali.

**********************
Catatan tambahan:
**********************

Dari pihak ayahnya, leluhur Jalaluddin, selama masa-masa Islam, adalah Abu Bakar, sahabat tercinta dan terpercaya Nabi Muhammad sa., dan penggantinya dalam memerintah masyarakat Islam, sebagai khalifah pertamanya.

Seperti Nabi Muhammad sendiri, Abu Bakar adalah dari suku Quraysy, yang mengaku keturunan--melalui Nabi Isma'il--Nabi Ibrahim, sahabat-terpilih Allah, dan ayah kaum Mukmin. Pokok dari cabang suku Abu Bakar berpadu dengan cabang Nabi Muhammad saw pada Murra, leluhur Nabi Muhammad saw pada derajat ketujuh, dan leluhur Abu Bakar pada derajat keenam.

Selanjutnya, Abu Bakar adalah salah seorang mertua Nabi Muhammad saw, karena putrinya, 'A'isyah, adalah satu-satunya istri Nabi Muhammad saw yang dinikahi dalam keadaan masih gadis.

Seorang putra atau cucu Abu Bakar, menurut riwayat, adalah salah seorang di antara orang-orang Arab yang menaklukkan Khurasan selama kekhalifahan 'Utsman, sekitar tahun 25 Hijri (647 Masehi) dan bermukim di Balkh (ibukota Baetria kuno), di mana keluarganya berkembang sampai setelah kelahiran Jalaluddin.

Setidaknya kita bisa mendapat gambaran, kira-kira dari mana asalnya tari "Whirling Darvish", tarian berputar-putar yang termasyhur dalam thariqah Mawlawiyyah, thariqah yang didirikan oleh Maulana Jalaluddin Rumi.

No comments:

Post a Comment