Khalifah ‘Umar menuturkan sebuah riwayat:
Pada suatu hari Rasulullah saw meminta bantuan dana kepada kami. Aku
berhasrat untuk melebihi Abu Bakar, yang selalu berada di atasku, dalam
setiap perbuatan baik. Aku membawa separo harta kekayaanku dan datang
menemui Rasulullah. Lalu kuberitahukan kepada beliau bahwa sumbanganku
ini separo dari segala yang kumiliki, sedangkan sisanya kutinggalkan
untuk keluargaku. Abu Bakar datang
dengan sekantung besar emas dan meletakkannya di kaki Rasulullah.
Junjungan kita bertanya kepadanya tentang jumlah sumbangan yang
diberikan itu kira-kira berapa persen dari seluruh harta yang
dimilikinya. Abu Bakar menjawab, ”Semuanya!” Rasulullah menatapku, lalu
bertanya kepada Abu Bakar, ”Mengapa tidak engkau simpan sebagian untuk
anak-anakmu?” Abu Bakar menjawab, ”Anak-anakku berada di bawah
pemeliharaan Allah dan Rasul-Nya.”
Setelah peristiwa itu, Abu
Bakar tak tampak selama beberapa hari, dan bahkan tidak muncul di masjid
Rasulullah saw. Karena merasa sepi akibat ketidakhadiran Abu Bakar,
Rasulullah lalu menanyakan di manakah gerangan dia berada. Para sahabat
menjawab bahwa Abu Bakar telah menyumbangkan seluruh harta miliknya dan
kini tidak memiliki apa-apa lagi untuk dikenakan kecuali selembar kain
yang dipakainya bersama dengan istrinya. Mereka memakainya bergantian
untuk menutup aurat pada saat shalat. Pada saat itu jugalah Rasulullah
saw mengutus Bilal ke rumah putri Rasulullah, Fathimah, dan menanyakan
kepadanya apakah ia mempunyai selembar kain tak terpakai yang dapat
diberikan kepada Abu Bakar supaya dia dapat menutupi auratnya dan pergi
ke masjid. Fathimah yang mulia hanya memiliki selembar kain yang terbuat
dari bulu domba. Kain itu lalu diserahkan kepada Abu Bakar. Ketika Abu
Bakar melingkarkan kain itu ke pinggangnya, kain itu terlalu pendek.
Kemudian dia menyambungnya dengan daun kurma hingga dapat menutupi
auratnya secara layak dan sopan. Setelah itu barulah dia pergi ke
masjid.
Sebelum Abu Bakar sampai di masjid, malaikat Jibril
menjumpai junjungan kita dengan mengenakan pakaian yang tak layak
seperti yang dikenakan Abu Bakar. Ketika Rasulullah saw berkata kepada
Jibril bahwa beliau tidak pernah melihatnya mengenakan pakaian seaneh
itu sebelumnya, Jibril menjawab bahwa pada hari itu seluruh malaikat di
Surga mengenakan pakaian seperti itu untuk menghormati Abu Bakar, orang
yang sangat setia, murah hati, dan beriman. Allah Yang Mahakuasa
memberkati dan memberikan penghormatan kepada Abu Bakar. Malaikat Jibril
berkata: ”Sampaikan kepadanya bahwa Tuhannya mencintainya jika ia
mencintai Tuhannya!” Ketika Abu Bakar menghadap junjungan kita dan
mendengar berita baik ini dari bibir Rasulullah saw yang tercinta, dia
bersyukur kepada Allah dan berkata, ”Sungguh aku mencintai Tuhanku!” Dan
dalam kegembiraannya itu dia berputar-putar sampai tiga kali.
**********************
Catatan tambahan:
**********************
Dari pihak ayahnya, leluhur Jalaluddin, selama masa-masa Islam, adalah
Abu Bakar, sahabat tercinta dan terpercaya Nabi Muhammad sa., dan
penggantinya dalam memerintah masyarakat Islam, sebagai khalifah
pertamanya.
Seperti Nabi Muhammad sendiri, Abu Bakar adalah
dari suku Quraysy, yang mengaku keturunan--melalui Nabi Isma'il--Nabi
Ibrahim, sahabat-terpilih Allah, dan ayah kaum Mukmin. Pokok dari cabang
suku Abu Bakar berpadu dengan cabang Nabi Muhammad saw pada Murra,
leluhur Nabi Muhammad saw pada derajat ketujuh, dan leluhur Abu Bakar
pada derajat keenam.
Selanjutnya, Abu Bakar adalah salah
seorang mertua Nabi Muhammad saw, karena putrinya, 'A'isyah, adalah
satu-satunya istri Nabi Muhammad saw yang dinikahi dalam keadaan masih
gadis.
Seorang putra atau cucu Abu Bakar, menurut riwayat,
adalah salah seorang di antara orang-orang Arab yang menaklukkan
Khurasan selama kekhalifahan 'Utsman, sekitar tahun 25 Hijri (647
Masehi) dan bermukim di Balkh (ibukota Baetria kuno), di mana
keluarganya berkembang sampai setelah kelahiran Jalaluddin.
Setidaknya kita bisa mendapat gambaran, kira-kira dari mana asalnya tari
"Whirling Darvish", tarian berputar-putar yang termasyhur dalam
thariqah Mawlawiyyah, thariqah yang didirikan oleh Maulana Jalaluddin
Rumi.
No comments:
Post a Comment