Tuesday, 19 November 2013

memberi uang yang banyak

Al-'Aalim Al-Allamah Al-Muhaddits
Prof.Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani.
(Bagian 2)

Oleh: Kyai Gan-ny Al-aufa

Majalah Al-Jami'ah Al-Madinah Al-Munawwaroh, pernah memuat sebuah artikel dari seorang pakar, yaitu Dr. Abdul Qodir Assindi (Madinah) yang berisi kecaman, hinaan, dan penghakiman terhadap pemikiran
dan pribadi Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, sebagai propaganda yang mengarah pada
perbuatan bid'ah. Tentu saja artikel itu mendapat banyak perhatian publik sekaligus mengundang keresahan umat. Sehingga beberapa ulama' dan tokoh-tokoh pembesar menelpon seraya menghibur Sayyid Muhammad "jangan risau dan tidak usah menghiraukan tulisan Assindi", tidak
ketinggalan beberapa santri beliau juga
merasa geram dengan ulah Assindi. Namun Syaikh Muhammad hanya menanggapi
dengan senyum.

Selang satu bulan berikutnya, Sayyid Muhammad mengajak beberapa santri pergi ke Madinah, sebelum berangkat beliau
memerintahkan agar memasukkan lembaran-
lembaran uang kertas ke dalam tas.
Sesampainya di jalanan kota Madinah, beliau
berhenti di sebuah rumah. Para santri tidak
ada yang tahu rumah siapa itu. Setelah
disambut oleh tuan rumah, terlihat adanya
perbincangan yang cukup akrab antara Sayyid Muhammad dan tuan rumah, sehingga terkesan keduanya sudah kenal lama dan
akrab.

"Maaf, Apakah benar ini rumah tuan Dr. Abdul
Qodir Assindi..?". Tanya Sayyid Muhammad. "Iya betul saya sendiri". Jawab tuan rumah. "Kalau begitu, mohon terimalah ini..." Kata Sayyid Muhammad sambil menyerahkan satu tas uang yang sudah dipersiapkan dari rumah. Rupanya keduanya belum saling mengenal, dan ternyata rumah itu adalah rumah Dr. Abdul Qodir Assindi yang beberapa waktu lalu telah mengecam habis-habisan Sayyid
Muhammad lewat tulisannya di Majalah
Aljami'ah Almadinah Almunawwaroh.

Setelah memberikan tas yang berisi uang tersebut, Sayyid Muhammad langsung
berpamitan, Sehingga Dr. Abdul Qodir Assindi
belum berkesempatan menanyakan nama
tamunya. Ia juga sama sekali tidak menyangka bahwa tamu yang datang memberinya uang dalam jumlah yang cukup banyak itu adalah Sayyid Muhammad, orang yang telah ia cabik-cabik nama baik dan harga dirinya di media.
Tidak lama kemudian, terlihat Assindi lari
mengejar dan menghampiri Sayyid
Muhammad yang saat itu masih ada di jalan
depan, lalu ia merangkul Sayyid Muhammad
dan memeluknya erat, sambil sesunggukan ia
berkata, "Anda tentu Sayyid Muhammad Al-Maliki, kini saya yakin sepenuh hati, bahwa
anda adalah keturunan Rasulullah, sebab tidak
ada yang membalas cacian dan hinaan dengan hadiah, kecuali ia adalah keturunan Rasulullah. Saya tidak meragukan lagi keagungan pribadi
Anda wahai Sayyidi.

Assindi larut dalam haru, ada rasa tak
percaya, ada kekesalan, ada rasa malu, ada
kekaguman yang besar, semua berpadu dalam satu nuansa yang membawa jiwa dan
hatinya menjadi yakin bahwa orang yang
dihadapannya adalah benar-benar orang pilihan, berhati mulia dan mempunyai pribadi
yang mengagumkan.

Sayyid Muhammad bagi
Assindi adalah orang yang memiliki
kebesaran hati yang sepadan dengan
ketinggian ilmunya, begitu legowo
memaafkan dirinya yang jelas-jelas telah mempermalukannya melalui media. Anggapan dan tuduhan sebagai penyebar bid'ah
hanyalah kebohongan semata.

Sungguh luar biasa, para santri yang saat itu diajak Sayyid Muhammad ke Madinah yang ternyata untuk
menemui Dr. Abdul Qodir Assindi merasa
kagum dan bangga atas apa yang mereka
saksikan. Sang guru telah mempertontonkan
sesuatu yang luar biasa, sebuah keteladanan di hadapan mereka.

Lisanul hal afshohu min
lisanil maqol.
— with Sya'roni As Samfuriy and 17 others.

No comments:

Post a Comment