Monday 25 November 2013

rasulullah senantiasa kedengaran suara keletak-keletik

Rasulullah Saw hari itu sedang menjadi imam shalat isya di Masjid Nabawi, Madinah. Para sahabat yang menjadi makmum kala itu, antara lain ‘Umar bin Al-Khaththab, merasa gelisah melihat keadaan Rasulullah Saw yang menurut mereka sedang sakit. Buktinya, setiap kali menggerakkan tubuh untuk ruku’, sujud, dan sebagainya, senantiasa kedengaran suara keletak-keletik, seakan tulang belulang beliau longgar semuanya. Karena itu, selepas mengucapkan salam, ‘Umar pun memberanikan diri bertanya kepada beliau dengan perasaan khawatir, “Wahai Rasul, apakah engkau sakit?”

“Tidak , ‘Umar. Aku sehat saja,” jawab Rasulullah saw ramah dan santun.

“Tapi, mengapa setiap kali engkau menggerakkan badan dalam shalat, kami mendengar bunyi tulang belulangmu berkeretakan?” cecar ‘Umar bin Al-Khaththab penuh rasa ingin tahu dan penasaran.

Mula-mula Rasulullah Saw tidak ingin mengungkapkan rahasianya. Namun, lantaran para sahabat tampak sangat khawatir atas keadaan beliau, maka beliau akhirnya membuka pakaian yang beliau kenakan. Tampak oleh para sahabat, beliau mengikat perutnya yang kempis dengan selembar kain yang di dalamnya diisi batu-batu kerikil agar mengganjal perut untuk menahan lapar. Dan, batu-batu itulah yang berbunyi keletak-keletik selama beliau menjadi imam salat.

Melihat yang demikian itu, dengan serta-merta ‘Umar bin Al-Khaththab pun memekik pedih dan perih, “Wahai Rasul! Apakah sudah sehina itukah anggapanmu kepada kami? Apakah engkau mengira seandainya engkau mengatakan lapar, kami tidak bersedia memberimu makanan yang paling lezat? Bukankah kami semua hidup dalam kecukupan?”

Rasulullah saw pun tersenyum ramah seraya menyahut, “Tidak, ‘Umar. Tidak. Aku tahu, kalian, para sahabatku, adalah orang-orang yang setia kepadaku. Apalagi sekadar makanan, harta, ataupun nyawa akan kalian serahkan untukku sebagai rasa cinta kalian kepadaku. Tetapi, di mana akan kuletakkan mukaku di hadapan pengadilan Allah kelak di Hari Pembalasan, apabila aku selaku pemimpin justru membikin berat dan menjadi beban orang-orang yang kupimpin?”

No comments:

Post a Comment