Wednesday 22 June 2016

Review Koneksi Internet 3G Axis,Telkomsel, XL, 3, dan Indosat di Kiaracondong-Bandung (Update)


Hi guys, 

saya tinggal di kiaracondong tepatnya di kelurahan Sukapura (Jondol) dan kelurahan Kebon jayanti (Belakang pasar Kiaracondong). 

Kali ini mau bahas lagi (update) koneksi internet GSM ala 3G, soalnya perangkat 4G nya belum ada... hikz... karena hape saya ada fitur dual SIM nya, saya pakai dua kartu GSM yaitu Axis (hasil review kawan), Telkomsel, XL, 3, Indosat kebetulan kalau mau pakai internet saya selalu mencoba-coba berbagai macam layanan GSM ( cari yang paketnya paling ekonomis....hehehe)

Sudah pasti hasil review saya ini tidak ilmiah karena tidak menggunakan standar penelitian ilmiah. Saya melakukan tes koneksi internet hanya di daerah rumah di area Kiaracondong Bandung, dan beberapa tempat yang kebetulan saya lewati.




Berikut hasil review axis dan telkomsel dari kawan sebelah...:)


Pertama review Axis, saya menggunakan kartu Axis ini sudah cukup lama, sebelum Axis diambil alih oleh XL. Overall saya merasa kurang puas dengan performanya sekarang ini namun diimbangi dengan harga paket yang cukup ekonomis (murah), padahal sebelumnya bisa dibilang saya sangat puas mengenai harga paket dan performanya, namun sekarang ini performanya sangat jauh menurun daripada sebelumnya. Dahulu sekitar dua tahun yang lalu, di rumah bisa mendapatkan speed rata-rata di atas 2 Mbps dengan performa puncaknya sekitar 7 Mbps, lancar jaya dipakai buat video streaming apalagi kalo cuma browsing wuzz wuzz pokoknya mah... :D


Namun sekarang ini performanya jauh sangat menurun, apakah ada pengaruhnya karena diambil alih oleh XL? saya tidak tahu... namun saat ini pada siang hari di atas jam 7 pagi sampai malam hari kecepatannya rata-rata di bawah 1 Mbps kadang hanya dapat 200 Kbps atau bahkan sampai tidak bisa melakukan tes koneksi dengan keterangan: "Masalah pada Jaringan". Namun saat waktunya "kalong" beraksi performanya jauh meningkat di jam 00.00 - 07.00 rata-rata bisa dapat di atas 2 Mbps dengan kecepatan maksimal 4,5 Mbps lumayan lah... pokoknya diatas 1 Mbps kan buat browsing-browsing kan sudah cukup lancar...


Saya masih mempertahankan Axis ini, karena di beberapa tempat performanya cukup bagus yaitu di area tengah kota seperti di Jl. Merdeka di area mall Bandung Indah Plaza dan di area Mesjid Al Ukhuwah di Jl. Aceh performanya cukup bagus bisa dapat speed sampai 4-5 Mbps pokoknya browsing dan streaming lancar jaya lah...

Kemudian di daerah kaki gunung Manglayang di Cilengkrang Ujung Berung, performanya juga cukup bagus di daerah tersebut, performanya hampir sama dengan di daerah pusat kota seperti yang saya ulas di atas, saya gak tau kenapa bisa begitu yaa? mungkin saja di daerah ini jarang yang pakainya jadi gak rebutan bandwidth, kalau di pusat kota pemakai pasti banyak namun kapasitas bandwidth nya pasti jauh lebih besar dibanding BTS-BTS standar... sedangkan di daerah "tanggung" seperti Kiaracondong ini, penggunanya banyak karena kawasannya cukup banyak, namun kapasitas bandwidth BTS yang menghandle nya lebih kecil (standar) dibandingkan dengan yang di pusat kota.... Hanya perkiraan saya saja sih, soalnya kurang tahu juga mengenai hal teknis seperti ini.

Kecepatan Internet Telkomsel pagi hari
Review berikutnya mengenai Telkomsel. Saat ini saya mempunyai 3 nomor Telkomsel yang berbeda, yang pertama Simpati, Simpati Loop dan Loop, nah yang dua terakhir ini kita harus jeli atau mengetahui perbedaannya karena ada kemiripan nama produk (Loop nya sama). Awalnya saya beli kartu Simpati Loop karena nomornya cukup unik dan mudah diingat oleh saya dengan tujuan untuk koneksi internet. Waktu pertama beli kalau tidak salah dapat kuota 1 GB, setelah habis kuotanya dan mau beli lagi paketnya saya masukkan kode *567# namun tidak bisa, keterangannya hanya untuk Loop, lho kan ini juga Simpati Loop koq gak bisa sih... ternyata setelah cari-cari informasinya di internet ternyata ada produk Telkomsel yang namanya "Loop" yang gak pake embel-embel Telkomsel di depannya... Hadeeuuuhhh bikin lieur aja nih Telkomsel teh nya... :p jadi sajah beli lagi kartu perdana yang "Loop" saja.

Kelebihannya dari Loop ini adalah harga paket internet 3G yang relatif paling murah dibandingkan dengan Simpati Loop, kalau Simpati Loop ini kelebihannya tarif nelfonnya yang lebih murah dan banyak bonus untuk penggunaan panggilan suara (telepon) dan SMS. Jadi kalau sering nelpon dan sms tapi perlu paket data yang harganya standar pakenya Simpati Loop tapi kalau tujuannya hanya paket internetnya saja pake kartu Loop harga paketnya jauh lebih murah, sedangkan Telkomsel Simpati biasa nya untuk perangkat 3G dan 4G dengan paket yang jauh lebih mahal.

Nah bagaimana dengan performanya? untuk performanya saya merasa sangat puas karena performanya cukup konstan, di semua tempat yang saya ulas di atas, koneksi dari Telkomsel ini memuaskan,  pada siang hari saat test speed di Axis di rumah hanya dapat 0,2 - 0,3 Mbps, di jaringan Telkomsel rata-rata dapat 4-6 Mbps, apalagi saat waktunya "kalong" beraksi antara tengah malam sampai ke pagi kecepatannya bisa mencapai 11 Mbps, sangat memuaskan untuk koneksi 3G dimana nonton video streaming kualitas HD pun bisa didapat dengan lancar. Namun untuk untuk kekurangannya yaitu pada harga paketnya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan operator lainnya. Paket data Loop merupakan paket termurah di Telkomsel, paket yang sering saya pakai yaitu yang 11 GB dengan harga Rp 60.000 untuk 30 hari, namun pemakaiannya terbatas yaitu 1,2 GB 24 jam dan 10 GB di jam 00.00 - 09.00.



Review XL, 3 , dan Indosat Pengalaman Pribadi

koneksi internet XL hampir sama kualitasnya dengan koneksi internet telkomsel kalau yang saya rasakan. Lain halnya dengan indosat yang lebih sering muncul tulisan "no connection" alias tidak ada jaringan . Jadi selama beli paket indosat yang 55 ribu dengan masa aktif 3 bulan hampir tidak bisa di pakai. Kebetulan saya beli paket itu untuk dipakai ibu saya dengan menggunakan HP evercross dengan ram 512 mb demikian juga dengan akses internet dari provider 3. Meskipun lambat akses internet 3 kadang-kadang masih bisa diakses.

Lain halnya apabila paket internet 3 aon digunakan di HP saya Lenovo atau axio dengan ram 1 gb akses internetnya agak stabil meskipun lambat. Oleh karena itu, setelah melalui serangkaian ujian akses internet secara  pribadi, saya sekarang hanya menggunakan akses internet XL dan telkomsel.

Demikian sharing informasi yang bisa saya berikan untuk kali ini semoga bermanfaat.

Kalau anda bingung mau pilih operator mana untuk koneksi data internet atau mau berpindah ISP GSM, sebaiknya lakukan penelitian/test kecil-kecilan beli kartu perdana biasanya suka ada bonus kuota data internet setidaknya 25 MB, coba test kecepatan internetnya menggunakan aplikasi speedtest atau langsung melalui browser di komputer diwww.speedtest.net karena setiap daerah mungkin berbeda operator apa yang mempunyai performa terbaik di area tempat tinggalnya.
Selamat memilih... :D

Wednesday 5 March 2014

PARA BURUH TELAH DIBOHONGI MENGENAI KEADAAN MEREKA SENDIRI



Oleh: Shaykh Umar Ibrahim Vadillo

Pengangguran bukanlah akibat tenaga kerja manusia diganti oleh kehadiran mesin-mesin. Ini tidak benar.

Mesin memang bisa menggantikan kerja manusia, tetapi ini tidak membuktikan bahwa pengangguran terjadi akibat teknologisasi proses-proses produksi, kecuali jika kita menganggap bahwa satu-satunya cara untuk meraih pendapatan adalah dengan menjadi seorang pekerja yang bekerja demi upah. Dan ini pun tidak benar.

Sebelum anda menganggap bahwa bekerja adalah menjadi seorang pekerja, kita harus kaji lebih dahulu apa sebenarnya yang memaksa kita menjadi pekerja, sehingga kita tidak mampu memiliki usaha sendiri (berswakarya). Mengapa tidak kita ganti saja istilah “penganggur” (tuna-karya) menjadi "tuna-swakarya"?

Mengapa tiba-tiba khalayak digolongkan sebagai pekerja atau penganggur, padahal sejarah membuktikan bahwa di masa silam sebagian besar khalayak berswakarya? Benarkah biang keladi pengangguran adalah teknologisasi proses-proses produksi? Salah, di sinilah justru kebohongannya.

Riba adalah satu-satunya penyebab keadaan yang konon disebut sebagai "pengangguran", atau lebih tepat, ribalah satu-satunya penyebab musnahnya berkesempatan untuk berswakarya.
Inti sari bisnis dan usaha adalah perdagangan, yaitu membeli lalu menjual. Selama masih ada orang yang memiliki sesuatu, dan masih ada orang yang ingin memiliki sesuatu, perdagangan akan selalu ada. Perdagangan tidak akan berkurang dengan adanya mesin-mesin, karena mesin tidak memiliki barang dagangan, mesin hanya bisa dijadikan sebagai alat produksi atau untuk aneka kegunaan lain. Para pekerja dapat digantikan oleh mesin-mesin, tetapi pedagang tidak.

Perdagangan tidak bisa dimusnahkan oleh mesin-mesin, namun bisa punah dengan adanya bunga sistem perbankan, yang apapun istilah maupun jenisnya, tetap saja riba.
Tingkat suku bunga bank berfungsi sebagai rintangan yang akan mematikan setiap usaha yang berada di bawahnya. 
 
Jika suku bunga bank adalah 10%, maka tak seorangpun akan menanam modal dalam proyek usaha baru apapun yang berancar-ancar akan berbagi hasil sejumlah 6% dari modal; dan bila anda sedang melangsungkan usaha dengan bagi hasil 6%, maka anda akan terpikat untuk melego saja usaha anda dan menimbun uangnya di bank. Dengan demikian setiap usaha yang berada di bawah suku bunga 10% itu akan punah.

Margaret Thatcher dan para pakar moneter menyebut hal itu sebagai "penyingkiran usaha-usaha yang tidak berdaya saing", demi meningkatkan "daya saing" negara. Namun mereka tidak menyatakan bahwa sebenarnya terdapat jauh lebih banyak usaha yang bisa dijalankan dengan keuntungan yang sangat kecil. Usaha yang bisa berkeuntungan besar hanya segelintir, yang lebih banyak adalah usaha-usaha berkeuntungan kecil. Dan sebagian besar usaha-usaha yang untungnya kecil itu adalah usaha kecil. Jadi sesungguhnya, fungsi suku bunga tadi adalah pemusnahan kesempatan hidup bagi mayoritas usaha kecil, demi peningkatan daya saing.
Jadi bagaimana mungkin pemusnahan usaha-usaha kecil bisa disebut sebagai “peningkatan daya saing”, padahal kita memahami bahwa lebih baik ada 20 usaha kecil, dibanding dengan hanya satu usaha yang 20 kali lipat lebih besar? Apalagi manajemen swakarsa tentu lebih luwes dibanding manajemen birokratis piramidis. Di sinilah perbedaan antara perusahaan swakarya dengan perusahaan raksasa. Hal ini pula yang seharusnya menjadi nilaih lebih pasar bebas dibanding komunisme.

Jadi tujuan mereka "meningkatkan daya saing" adalah, agar hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang bisa hidup, berkat raibnya gangguan dari usaha-usaha kecil pesaingnya, dan tentunya berkat berubahnya para pengusaha mandiri itu menjadi tenaga kerja murah dan rendah diri.

Dampak dari uang kertas yang dibuat seolah-olah ada nilainya dan tersedia dalam jumlah yang besar adalah: pembasmian usaha-usaha kecil. Tingkat suku bunga secara paksa telah merubah khalayak pengusaha mandiri menjadi pekerja-pekerja upahan yang sangat taat dan menghamba. Dan semua proses ini telah berlangsung selama berabad-abad.

Kini kita telah kembali mencapai puncak feodalisme baru. Socrates dengan tegas menyatakan bahwa upah itu khusus untuk para kacung dan budak. Kini kita semua telah dijadikan kacung dan budak. Terbebasnya masyarakat dari feodalisme abad pertengahan1 ditandai oleh kemerdekaan masyarakat untuk berswakarya atau untuk memilih bentuk pendapatannya sendiri. Hingga 150 tahun yang lalu, bekerja untuk orang lain masih dianggap sebagai sesuatu yang hina, yang hanya dilakukan secara sementara karena ditimpa krisis, atau terbatas dilakukan oleh mereka yang tak mampu mandiri. Dengan kehadiran bank-bank, keadaan itu dengan cepat berubah menjadi keadaan di mana khalayak mau tidak mau harus bekerja untuk orang lain, karena jika tidak mereka tak akan bisa memiliki apapun.

Awalnya, para bankir merekayasa 'kekuatan pasar' (melalui tingkat suku bunga) supaya manusia-manusia mandiri dijadikan "para pekerja" dan selanjutnya ketika suku bunga semakin didongkrak maka para pekerja pun menjadi penganggur. Dosanya bukan karena saya tidak bisa mendapat pekerjaan, namun karena saya telah dikutuk untuk bekerja bagi orang lain, karena saya tidak punya kesempatan secelah pun untuk berswausaha dan berswakarya, baik sendirian maupun, misalnya, bersama 50 orang lainnya.

TIMBULNYA SOSIALISME
Sosialisme lahir untuk memerangi keadaan yang mengerikan itu. Sosialisme pada masa awal kejadiannya, sama sekali berbeda dengan Sosialisme menurut anggapan kita kini, bukan saja berbeda bahkan bertentangan. David Ricardo (salah satu ekonom yang jadi panutan Karl Marx), menyatakan bahwa penyebab pengangguran adalah kehadiran mesin-mesin saat revolusi industri. Namun kaum sosialis tidak puas dengan kesimpulan itu. 

Bakunin menetapkan bahwa sosialisme adalah "peruntuhan negara". Yaitu negara sebagai penyelenggara pemungutan pajak, yang hasilnya berperan mutlak demi pembayaran utang negara kepada bank-bank (sebagaimnaa yang kini terjadi), padalahl pajak merupakan perintang perdagangan. 

Di Dresden, Richard Wagner merumuskan bahwa revolusi adalah "pemerintahan tanpa negara, dan perniagaan tanpa riba". Joseph Pierre Proudhon pun menuduh riba sebagai "biang kerok kelumpuhan industri".

Sosialisme merupakan perlawanan pada negara administratif dan pada bank-bank, demi menegakkan pemerintahan tanpa pajak-pajak, dan perdagangan tanpa bank-bank.

Pembajakan Atas Sosialisme
Karl Marx, cucu seorang rabbi Yahudi, di bawah penugasan Mr. Rotschild (atasannya dari freemason Inggris), membuat teori nilai tambah (surplus value) dengan menyelewengkan makna riba.

Dalam bahasa Ibrani (bahasa Yahudi), riba disebut tarbith, yang arti harfiahnya adalah peningkatan nilai. Dagang tidak sama dengan riba. Dagang adalah mendatangkan keuntungan dari membeli dan menjual, setidaknya ada dua transaksi yang terjadi. Riba adalah mengambil untung dari satu transaksi, menuntut lebih dari yang sedikit (contohnya membungakan uang). 
Marx berkata bahwa perdagangan menciptakan nilai tambah (atau riba), sedangkan transaksi ribawi tidak akan menciptakan nilai tambah (riba). Seiring dengan itu Marx mengagungkan konsep Negara yang secara munafik disebutnya sebagai Worker's State (Negara Milik Para Pekerja), lalu dia pun meninggikan derajat sang pekerja upahan menjadi sesuatu yang sangat ideal dan bernilai kepahlawanan tinggi (bukannya sebagai keterpaksaan menjadi hamba negara dan hamba para bankir). Dengan pertolongan para freemason (The Fraternal Democrats – Persaudaraan Demokrat, the League of the Just –Liga Keadilan, dan lainnya), Karl Marx telah merampas revolusi Eropa milik Proudhon dan Bakunin, dan menjelmakannya menjadi kebalikannya.

Sosialisme modern bukanlah sosialisme (peruntuhan Negara), sosialisme modern adalah Marxisme.

Pengkhianatan Serikat Buruh-isme 
Serikat Buruh-isme adalah menyerah pada kekacungan. Serikat-serikat Buruh tidak mempertanyakan mengapa kita harus menjadi budaknya upah, namun tujuan utama perjuangan mereka adalah demi meningkatkan upah para pekerja. Serikat Buruh tidak akan pernah menyelesaikan masalah pengangguran, karena mereka telah pasrah menerima tegaknya sistem perbankan yang telah mengutuk mereka jadi pekerja yang tidak akan pernah bisa berswausaha.

Jadi, bukannya berjuang demi khalayak kelas pekerja, Serikat Buruh-isme malah menjamin bahwa akan selalu tersedia khalayak kelas pekerja. Terpujilah Serikat-serikat Buruh, berkat perjuangan mereka kini orang-orang tidak lagi bekerja 12 jam sehari demi upah yang memprihatinkan (setidaknya begitulah nampaknya), walaupun yang sebenarnya dicapai oleh Serikat Buruh hanyalah kacung yang sedikit lebih ceria. Dengan melakukan itu, Serikat Buruh mencegah agar pokok masalah sebenarnya tidak digugat. Serikat Buruh-isme adalah pemberontakan para budak melawan para Majikan, seraya mengakui bahwa mereka tidak bisa menjadi Majikan. Andaikan pilihan semata wayang hanyalah pengangguran, tentu saja mempunyai pekerjaan menjadi penting. Namun hal ini tidak akan membuat semua orang ceria selamanya

Serikat Buruh-isme sama dengan Marxisme, tidak mengecam riba. Mereka mengabaikan kata ini. Berkat mereka sistem perbankan jadi lestari

Untuk menghilangkan sifat penghambaan kita pada dialektika menjadi pekerja atau menjadi penganggur, kita harus membasmi riba, artinya sistem perbankan harus dihapuskan. Selama kita masih bersama sistem perbankan, kita tak akan bisa mengelak dari kenyataan bahwa kita bekerja untuk orang lain, dan orang lain itu adalah: para bankir yang memiliki segalanya. Para bankir itu siap untuk menghukum para kacungnya dengan ancaman kehilangan pekerjaan dan hidup bergantung pada belas kasih negara. Ketakutan psikologis ini menyapu bersih kesempatan untuk berfikir bebas. Akhirnya yang ada adalah para kacung yang jauh lebih picik dibanding para majikannya. Mereka telah membuat khalayak takut pada perubahan sekecil apapun, karena takut kehilangan sesuap nasi yang telah dijanjikan. 

Kita dicekoki bahwa inilah yang "praktis" itu. Walhasil, tak heran jika kita lihat betapa gigihnya para kacung membela sistem perbankan, walaupun mereka adalah salah seorang dari 90.000 warga (di Inggris) yang setiap tahun harus kehilangan rumahnya, gara-gara tidak bisa membayar jahatnya bunga cicilan. Perbankan sudah menjadi "agama" yang ortodoks, bahkan sudah menjadi sebuah tabu (pamali). Untung saja masih ada orang-orang yang tidak percaya pada “agama” ini dan ingin berbuat sesuatu untuk mengatasinya.

Lantas, Bagaimana caranya kita mencampakkan sistem perbankan? 

Pertama, mari kita pahami dahulu bagaimana cara kerja bunga bank. Bank-bank itu berfungsi seolah penyebar ulang uang yang berasal dari simpanan kita. Mereka mendapatkan uang dari kita semua, lalu meminjamkannya pada orang lain. Mereka tidak meminjamkan uang tersebut kepada sesiapa yang paling jujur, atau kepada proyek usaha mana yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Mereka tak peduli hal itu. Bank-bank hanya akan meminjamkan uang kepada sesiapa yang memiliki agunan yang memadai, tak peduli apapun tujuan usahanya. Boleh jadi usaha itu sangat bejat, namun asalkan anda punya agunan maka anda akan mendapatkan pinjaman. Sebaliknya, walau seseorang memiliki proyek yang sangat menjanjikan, bisa jadi tidak akan dapat pinjaman karena dia tidak mempunyai agunan yang memadai. Jelas ini bukanlah sistem terbaik bagi masyarakat. Sistem terbaik dan teradil bagi masyarakat adalah, jika sistem itu bisa menjamin bahwa modal milik masyarakat akan ditanamkan pada proyek-proyek terbaik, terlepas dari apakah si pengusaha itu kaya atau tidak. Dikatakan pada para pekerja: Kamu tidak boleh mengelola bisnis-bisnis besar, karena terus terang saja siapa sih kamu? Kamu tidak punya uang. Kamu hanya boleh bekerja demi upah. Maka tak heran jika berduyun-duyun pekerja lebih sungguh-sungguh membina hubungan suci mereka dengan bank, ketimbang hubungan mereka dengan agamanya, bahkan biasanya banklah yang menjadi keyakinan pegangan mereka. Adapun sistem adil yang disebutkan barusan, hanya bisa dicapai dengan penggunaan tertib kontrak gaya baru, yaitu kontrak-kontrak yang mengaitkan keuntungan bagi hasil investasi kepada kegiatan usaha itu sendiri, dan bukan kepada bunga.
Ketika bank-bank belum berdiri, kontrak-kontrak yang berlaku dalam perdagangan adalah kontrak-kontrak dari commenda dan perkongsian.

Commenda adalah kontrak peminjaman uang untuk usaha, dengan demikian akan ada untung atau rugi. Cara ini bertentangan dengan kontrak ribawi, di mana bank meminjamkan uang tanpa peduli kemungkinan kerugian usaha, bank hanya mau untungnya. Dalam kontrak ribawi, anda tidak menanam modal demi kepentingan usaha, melainkan demi keuntungan dari kontraknya saja. Bunga atas pinjaman sama dengan menyewakan uang, walaupun pada uang tidak ada "benda" yang bisa disewa. Bunga adalah mengeduk untung tanpa memberi manfaat apapun.

Bentuk kontrak lainnya adalah perkongsian. Inti sari perkongsian adalah pengalihan tanggung jawab atas barang/jasa kepada orang lain, dan orang lain pun melakukan hal yang sama kepada anda. Dalam pengalihan barang/jasa dari orang ke orang ini, kita akan menemukan dasar-dasar dalil yang revolusioner: membangun usaha tanpa perlu modal keuangan, artinya melakukan usaha tanpa harus memiliki modal atau memiliki usahanya. Ini adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh manusia modern. Menakjubkan! Dahulu usaha-usaha biasa berlangsung tanpa bergantung pada modal. Perkara ini tidak ada kaitannya dengan sistem Bursa Saham yang busuk itu, melainkan berkaitan dengan pembentukan guilds sebagai badan-badan pemodal mandiri non formal, yang kini sudah dipunahkan oleh bank-bank. Kabar barunya adalah bahwa untuk menjadi pengusaha, anda tidak perlu jadi pemilik barang/jasa. Anda tidak memerlukan bank, yang anda perlukan adalah orang. Ini kabar buruk bagi bank-bank. Sistem sedemikian dapat berfungsi bila di antara kita ada sifat saling percaya. Dan sifat inilah yang menyebabkan kita dapat mandiri, hingga tak perlu bekerja demi upah. Sifat ini pula yang menjadi syarat hidupnya sistem commenda dan perkongsian. Dan semua ini adalah dasar-dasar bagi tegaknya pembaharuan dunia.

Bagaimanakah cara bank-bank menghapus sistem kontrak commenda, dan menggantinya dengan pinjaman berbunga? Dan bagaimana pula bank-bank dapat menjelmakan orang-orang yang bersyarikat dalam perkongsian menjadi orang-orang pengais upah?

Bank-bank menciptakan barang baru. Mereka ciptakan sistem uang kertas. Bahkan perbankanlah sistem uang kertas. Pada awalnya, kemampuan sistem ini cukup menakjubkan. Bank-bank dapat menarik 1000 pound emas dan kemudian meminjamkan 20 kali lipatnya; yaitu 20.000 pound dalam bentuk kertas, artinya menciptakan kredit dari nihil. 

Pada masa itu, bank-bank (yang semuanya dikuasai oleh para Yahudi) diundang ke mana-mana di Eropa, karena mereka bisa mendatangkan uang dari nihil. Pada awalnya masyarakat terpesona, sebab mendadak di kota ada perputaran uang yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Usaha-usaha baru pun bermunculan di mana-mana. Bahkan bank menawarkan kertas-kertas yang bertuliskan angka-angka yang bernilai lebih tinggi dari emas yang hendak ditukarkan. 10 pound kertas diobral untuk ditukar 5 pound emas. Tak seorangpun bisa tahan godaan ini. Namun masalahnya, uang kertas itu bagaikan candu, efek pertamanya hebat lalu anda akan kecanduan. Dan beberapa tahun kemudian, ketika badai telah berlalu, baru khalayak sadar bahwa kini semua uang emas telah dikuasai oleh segelintir orang baru, sedangkan khalayak sisanya tidak lagi punya uang emas. Dan ketika khalayak menyerbu bank untuk menukarkan kembali lembaran-lembaran kertas itu dengan emas, diumumkanlah bahwa nilai uang kertas telah anjlok, bahwa mereka hanya bisa memperoleh emas senilai 1/100 dari nilai tertulis di kertas, atau pilih untuk terus memakai kertas-kertas itu. Khalayak telah ditipu. Kini, atas nama peradaban, proses yang sama pun sedang berlangsung di Nigeria utara. Mari kita tegaskan: Inflasi yang diakibatkan oleh pemaksaan satu alat tukar (yang dikendalikan oleh bank) adalah perampokan. Dan tidak mengijinkan khalayak untuk memilih alat tukarnya sendiri adalah penipuan.

Tingkat suku bunga perbankan telah membasmi usaha-usaha kecil. Mereka telah mengumpulkan lautan harta (uang-kredit) dan telah merekayasa penyalurannya hanya kepada perusahaan-perusahaan besar milik segelintir orang. Mereka tidak membuka kesempatan secelah pun bagi tumbuhnya perkongsian. Seluruh revolusi teknologi yang katanya demi manusia, telah dibajak oleh sistem perbankan dan dijelmakan jadi monster biadab. 
Dahulu ketika Eropa sibuk menjajah, masalah perampokan abadi dengan menggembosi nilai uang kertas ini tidak terlalu mencemaskan khalayak, karena berhasil diredam oleh pasokan besar-besaran aneka jarahan dari koloni-koloni jajahan, sehingga mengesankan bahwa keadaan baik-baik saja. Akan tetapi begitu hutang koloni-koloni di Dunia Ketiga itu mencapai titik jenuhnya, artinya mereka sudah tidak bisa dijarahi lagi, maka bahaya laten sistem ribawi itu mulai bangkit menyusupi rumah mereka sendiri. Jadi di masa kini, bukan hanya Dunia Ketiga saja yang hidup tertekan ditimpa hutang abadi, khalayak di Dunia Pertama pun kini sudah hampir gila menghadapinya.

Kita semua telah dijadikan kacung oleh sistem perbankan, karena mereka memusnahkan kesempatan hidup usaha-usaha kecil, dan lebih-lebih lagi, mereka telah menjadikan kita sebagai penghutang-penghutang abadi. Gara-gara Negara berhutang, kita pun terlahir sebagai penghutang (bagaikan “dosa asal”), dan dengan kemampuan mereka memonopoli dan merekayasa kekuatan-kekuatan pasar, mereka menjamin bahwa semua upah yang akan mereka keluarkan untuk anda selama 20 tahun mendatang, akan tersedot kembali kepada mereka (para Majikan) karena anda membayar cicilan rumah yang harganya sudah dipompa berkali lipat. Kalau tidak mau begini, anda bisa menyewa rumah anda dan tak perlu punya apa-apa, cukup para Majikan saja yang memiliki segalanya, dan cukup anda saja yang bekerja.

Tentu ini adalah tawaran yang sangat busuk. Serikat-serikat Buruh tidak akan membela para pekerja. Mereka akan berusaha agar para pekerja masuk kerja terus. Semua partai politik adalah dagelan dan tak akan mampu benar-benar membawa pembaharuan bagi masyarakat, karena semua kebijakan mereka bergantung pada bank. Sebelum kita belajar untuk hidup tanpa bank-bank, kita akan terus menjadi kacung-kacungnya. Kepercayaan adalah ajang di mana kontrak-kontrak commenda dan perkongsian bisa berjaya lagi. Dan ajang itu hanya bisa digalang dengan menerapkan kontrak-kontrak usaha yang tidak bergantung pada bank, melainkan cukup pada wewenang seseorang yang mandiri dan mewakili khalayak. Dengan kata lain, kita harus menghidupkan kembali bentuk-bentuk wewenang tradisional yang bersifat lokal, misalnya seperti Kepala-kepala marga di Skotlandia, Kepala-kepala suku di Afrika, para Lendakari di lembah negeri Basque, Amir-amir di Arab, atau seperti kepala-kepala keluarga mafia di Sisilia. Kepemimpinan masyarakat yang kini dikuasai perbankan harus direbut kembali. 

Jika kita sadar bahwa bank-bank telah menipu kita dan kita ingin terbebas darinya, maka kita harus mengalihkan tumpuan kepercayaan kita kepada pihak lain. Pada akhirnya sang pemimpin sebuah masyarakat harus bisa menjamin penyelenggaraan hukum-hukum dan dipenuhinya kontrak-kontrak, sehingga tumbuhlah saling percaya antar warga. Salah satu contoh ini adalah Mafia. Sayangnya, tinggal merekalah satu-satunya kaum di Eropa yang dapat membuat kontrak di antara mereka, dengan kepemahaman bahwa kontrak itu akan dipenuhi. Karena tak ada seorangpun yang berani berbuat keliru, dan khalayak Mafia punya rasa saling percaya yang sangat tinggi, dengan cara mereka sendiri yang tidak mungkin dilaksanakan di luar lingkaran mereka. Sayang, tinggal merekalah satu-satunya kaum di Eropa yang bisa mengejawantahkan kepemimpinan.

Unsur terpenting untuk terbebas dari tirani sistem moneter bank dan aneka praktek ribawinya, adalah dengan adanya pihak yang diberi wewenang secara lokal, yaitu dalam jangkauan masyarakatnya. Tanpa adanya pengemban amanah itu, banklah yang akan berwenang, yang akan mendikte langkah-langkah kebijakan semua bangsa, dan kita akan terkutuk jadi kacung-kacung upahan mereka. Jika anda ingin keluar dari perangkap ini, anda harus bergabung bersama mereka yang sepaham, pilihlah seorang pemimpin dan nyatakanlah diri anda merdeka dari jeratan riba. Di luar sana, banyak orang sedang melakukan hal yang sama.
Satu-satunya jalan keluar dari sistem ribawi adalah Islam. Karena hanya Islamlah yang menegakkan pemerintahan tanpa negara dan perniagaan tanpa riba. Zaman yahudi dan kristen telah kadaluwarsa. Hanyalah dengan memahami bahwa "tiada tuhan selain Allah", baru manusia bisa berhenti menyembah segala sesuatu yang fana – seperti negara, uang dan pekerjaan mereka – dan menjadi merdekalah mereka. Hanyalah dengan membenarkan bahwa “Muhammad ialah Utusan Allah”, baru akan tegak keadilan dalam transaksi. Pilih Islam atau Ekonomi, pilih Islam atau Sistem Perbankan, inilah keputusan yang harus diambil oleh setiap insan.

Islam adalah Pemerintahan tanpa negara dan Perdagangan tanpa riba!

Tuesday 4 March 2014

Teungku Abu Ibrahim Woyla, Wali Allah dari Tanah Aceh.

Teungku Abu Ibrahim Woyla, Wali Allah dari Tanah Aceh.
WALI PENDIAM YANG HIDUP SEDERHANA, DARI TANAH ACEH SERAMBI MEKKAH

Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama pengembara. Ulama ini dalam masyarakat Aceh lebih dikenal dengan Abu Ibrahim Keramat atau dipanggilnya dengan sebutan “Tgk Beurahim Wayla”. Tokoh ini merupakan orang yang sangat dihormati di Aceh dan dipercaya sering menunaikan shalat Jum’at di Makkah dan kembali pada hari itu juga.

Abu Ibrahim Woyla yang bernama lengkap Teungku Ibrahim bin Teungku Sulaiman bin Teungku Husen dilahirkan di kampung Pasi Aceh, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat pada tahun 1919 M.

Mukhlis, salah satu santri kepercayaan Abu Ibrahim Woyla, ditengarai mengetahui persis garis keturunan Abu Ibrahim Woyla. Awalnya garis ke atas keturunan Abu Ibrahim Woyla yang berasal dari Negeri Baghdad berjumlah tujuh orang datang ke Tanah Aceh, persisnya berlabuh di Aceh Barat. Kemudian, ketujuhnya berpisah ke beberapa daerah di Aceh dan di luar Aceh untuk menyebarkan agama Islam.

~ Karomah Abu Ibrahim Woyla

Teungku Muhammad Kurdi Syam menceritakan suatu ketika Abu Ibrahim Woyla sedang jalan kaki di Teunom menuju Meulaboh (perjalanan yang memakan waktu 1 atau 2 jam dengan kendaraan bermotor). Anehnya, Abu Ibrahim Woyla ternyata duluan sampai di Meulaboh, padahal yang punya mobil tadi tahu bahwa tidak ada kendaraan lain yang mendahului mobilnya. Kejadian ini bukan sekali dua kali terjadi, malah bagi masyarakat di pantai barat yang sudah mengganggap itulah kelebihan sosok ulama keramat Abu Ibrahim Woyla yang luar biasa tidak sanggup dinalar oleh pikiran orang biasa.

Karenanya tak heran kalau Abu Ibrahim Woyla sering berada seperti di pasar. Misalnya semua pedagang di pasar itu berharap agar Abu Ibrahim Woyla dapat singgah di toko mereka. Mereka ingin mendapatkan berkah Allah melalui perantaran Abu Ibrahim Woyla. Namun tidak segampang itu, karena Abu Ibrahim Woyla punya pilihan sendiri untuk mampir di suatu tempat.

Seperti yang diceritakan Tgk Muhammad Kurdi Syam, suatu waktu Abu Ibrahim Woyla sedang berada di Lamno Aceh Jaya lalu bertemu dengan seseorang yang bernama Samsul Bahri yang sedang bekerja di Abah Awe. Saat itu Abu Ibrahim Woyla membawa dua potong lemang. Ketika mampir di situ Abu Ibrahim Woyla meminta sedikit air. Setelah air itu diberikan Samsul lalu Abu Ibrahim Woyla memberikan dua potong lemang tersebut kepada Samsul. Tapi Samsul menolaknya karena menurut Samsul bahwa lemang tersebut adalah sedekah orang yang diberikan kepada Abu Ibrahim Woyla.

Karena tidak mau diterima Samsul, lemang itu dibuang Abu Ibrahim Woyla yang tak jauh dari tempat duduknya. Kontan saja Samsul tercengang dengan tindakan Abu Woyla yang membuang lemang begitu saja. Karena merasa bersalah lalu Samsul ingin mengambil lemang yang sudah dibuang tersebut. Namun sayang, ketika mau diambil lemang itu hilang secara tiba-tiba.

Dalam kejadian lain, Teungku Nasruddin menceritakan bahwa suatu ketika (sebelum Teungku Nasruddin menjadi menantu Abu Ibrahim Woyla), tiba-tiba di waktu pagi-pagi Abu Ibrahim Woyla datang ke almamaternya ke Pesantren Syaikh Mahmud. Kaki Abu Ibrahim Woyla kelihatan sedikit pincang sebelah kalau berjalan. Kedatangan Abu Ibrahim Woyla disambut Teungku Nasruddin dan teman-teman sepengajian lainnya.

Lalu Abu Woyla meminta sedikit nasi untuk sarapan pagi. “Nasinya ada, tapi tidak ada lauk pauk apa-apa Abu,” kata Teungku Nasruddin.

“Nggak apa-apa, saya makan pakai telur saja. Coba lihat dulu di dapur mungkin masih ada satu telur tersisa,” jawab Abu Ibrahim Woyla.

Lalu Teungku Nasruddin menuju ke dapur. Ternyata di tempat yang biasa ia simpan telur terdapat satu butir telur, padahal seingatnya tidak ada sisa telur lagi karena sudah habis dimakan. Lantas sambil menyuguhkan Nasi kepada Abu Ibrahim Woyla, Teungku Nasruddin bertanya: “Kenapa dengan kaki Abu?”

Abu Ibrahim Woyla menjawab: “Saya baru pulang dari bukit Qaf (Mekkah), di sana banyak sekali tokonya tapi tidak ada penjualnya. Namun kalau kita ingin membeli sesuatu kita harus membayar di mesin, kalau tidak kita bayar kita akan ditangkap polisi. Setelah saya belanja di toko-toko itu lalu saya naik kereta api dan sangat cepat larinya. Karena saya takut duduk dalam kereta api itu, maka saya lompat dan terjatuh hingga membuat kaki saya sedikit terkilir. Makanya saya agak pincang, tapi sebentar lagi juga sembuh.”

Kejadian serupa juga dialami oleh keluarga dekat Abu Ibrahim Woyla sendiri. Suatu hari Abu mengunjungi salah seorang saudaranya untuk meminta sedikit nasi dengan lauk sambel udang belimbing. Lalu tuan rumah itu mengatakan pada isterinya untuk menyiapkan nasi dengan sambel udang belimbing untuk Abu Ibrahim Woyla. Tapi isterinya memberi tahu bahwa pohon belimbingnya tidak lagi berbuah: “Baru kemarin sore saya lihat pohon belimbingnya lagi tidak ada buahnya,” kata sang isteri pada suuaminya.

Tapi suaminya terus mendesak isterinya: “Coba kamu lihat dulu, kadang ada barang dua tiga buah sudah cukup untuk makan Abu.”

Lalu isterinya pergi ke pohon belakang rumah. Ternyata belimbing itu memang didapatkan tak lebih dari tiga buah di pohon yang kemarin sore dilihatnya.

Demikian pula ketika hendak melangsungkan pernikahan anak pertama Abu Ibrahim Woyla, yaitu Salmiah. Masyarakat di kampung melihat sepertinya Abu Ibrahim Woyla tidak peduli terhadap acara pernikahan anaknya. Padahal acara pernikahan itu akan berlangsung beberapa hari lagi, tapi Abu Ibrahim Woyla tidak menyiapkan apa-apa untuk menghadapi acara pernikahan anaknya itu. Bahkan uang pun tidak beliau kasih pada keluarga untuk kebutuhan acara tersebut.

Namun ajaibnya pada hari pernikahan berlangsung, ternyata acara pernikahan anaknya berlangsung lebih besar dari pesta-pesta pernikahan orang lain yang jauh-jauh hari telah mempersiapkan segala sesuatunya.

Dan masih banyak cerita aneh lainnya yang tersebar dalam masyarakat Aceh. Masyarakat awam cenderung pragmatis, sehingga memahami keunggulan Abu Woyla lebih banyak dari sisi keramatnya. Padahal sebenarnya keramat (karamah) itu hanyalah bonus dari Allah bagi setiap orang yang gemar riyadhah spiritual dan berhasil melakukan perjalanan ruhiyah menuju Ilahi.

~ Pertemuan Abu Ibrahim Woyla dan Gus Dur

Kisah ini diceritakan langsung oleh salah satu santri Gus Dur, Ustadz Nuruddin Hidayat, yang menyaksikan pertemuan Gus Dur dengan Abu Ibrahim Woyla.

Sebagai tokoh yang dihormati dan dikagumi banyak orang, rumah Gus Dur tak pernah sepi dari kunjungan para tamu, baik dari warga NU, pejabat, politisi, wartawan dan sebagainya. Gus Dur menerima tamu-tamunya biasanya dengan pakaian non formal. Karena kondisi fisiknya yang sudah lemah, biasanya para tamu diajak mengobrol sambil tiduran.

“Saya pun merasa terheran-heran ketika ada tamu, Gus Dur minta untuk digantikan pakaiannya dengan kain sarung dan peci, seperti ketika mau shalat Idul Fitri. Seumur-umur saya belum pernah melihat Gus Dur seperti itu,” tutur Ustadz Nuruddun Hidayat.

Rombongan tamu tersebut sampai ditahan agar tidak masuk rumah dahulu, sampai Gus Dur dipinjami salah satu sarung milik santrinya agar bisa cepat berganti pakaian.

Tamu, yang diketahuinya ternyata dari Aceh tersebut berpakaian sederhana, dekil, dan memakai celana seperti yang biasa dipakai oleh bakul dawet (penjual dawet). Tamu tersebut diantar oleh aktifitis Aceh.

Perilaku Gus Dur dan tamunya juga aneh. Setelah keduanya bersalaman, Gus Dur pun duduk di karpet, demikian pula tamunya, tetapi tak ada obrolan di antara keduanya. Gus Dur tidur, tamunya juga tidur, suasana menjadi sunyi yang berlangsung sekitar 15 menit. Setelah sang tamu bangun, ia langsung pamit pulang, tak ada pembicaraan.

Karena merasa penasaran, segera setelah tamu pergi, Santri Nuruddin Hidayat bertanya kepada Gus Dur: “Pak, tumben Bapak pakai sarung, ngak biasanya menerima tamu seperti ini.”

Jawab Gus Dur: “Itu Wali.”

Nuruddin pun kaget dan bertanya: “Apa ada wali lain seperti beliau Pak?”

“Di sini tidak ada, adanya di Sudan yang seperti beliau,” jawab Gus Dur.

Ada orang yang menyebutnya sebagai “dewa tidur”, yang menghabiskan hari-harinya dengan tidur. Abu Ibrahim Woyla juga bisa mengetahui perilaku seseorang dan seringkali orang yang menemui beliau dibacakan kesalahannya untuk diperbaiki. Posisi tidur Abu yang dianggap aneh (melengkung/meukewien), ucapannya sedih melihat manusia banyak seperti hewan serta mengatakan dunia ini sudah semakin sempit.

Gus Dur bertemu kembali dengan Abu Ibrahim Woyla pada tanggal 09 Muharram, di tahun 2005, tepatnya di pemakaman masal korban Tsunami Aceh. Beliaulah yang langsung menjemput Gus Dur di Bandara Iskandar Muda. Kemudian keduanya pergi bersama ke pemakaman masal.

Berada di sebelah kanan Gus Dur dengan pakian safari putih dan sarung, beliaulah Abuya Ibrahim Woyla. Beliau meminta kepada Gus Dur untuk mendoakan para korban. Setelah itu Abuya Ibrahim Woyla pamit dan menolak bertemu SBY keesokan harinya yang bertepatan pada Hari Raya Idul Adha.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 04 Maret 2014

Silakan download Manaqib Lengkap Abu Ibrahim Woyla di sini:
http://www.muslimedianews.com/2014/03/manaqib-abu-ibrahim-woyla-wali-dari.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/03/manaqib-abu-ibrahim-woyla-wali-dari.html

Monday 3 March 2014

ORANG-ORANG YANG TERKENAL DI LANGIT



Orang-orang yang banyak menyebut nama Allah , mereka sering berkumpul berdzikir menyebut nama-Nya, Mereka adalah orang yang banyak mengingat Allah,
مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا كَثُرَ ذِكْرَهُ
" Barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka banyak menyebutnya"
Maka beruntunglah mereka yang hadir di majelis dzikir , karena ia telah diizinkan Allah untuk duduk bersama orang-orang yang dirindukan dan merindukan Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kesejahteraan, keluhuran, kesucian dan kemuliaan adalah milik-Nya yang diberikan kepada yang dikehendaki-Nya terlebih lagi kepada mereka yang memintanya. Dan rahasia keluhuran di malam hari ini, kita berkumpul dalam kemuliaan memenuhi undangan Allah untuk mencapai ridha-Nya, karena orang yang berdzkir bersama mengingat Allah maka Allah akan mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih mulia di langit.

Langit mengenal nama-nama yang suka menyebut nama Allah . Semoga Allah mejadikan kita dalam kelompok mereka, kelompok orang yang banyak berdzikir . Orang yang banyak berzikir adalah orang-orang yang hatinya ditenangkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
( الرعد : 28 )
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar Ra’d : 28 )

Oleh : Al Maghfurlah Habib Munzir Alaihi Rahmatullah

Wallahu`alam

ALAM SEMESTA DICIPTAKAN ALLAH SWT. UNTUK MEMBUKTIKAN BETAPA MULIANYA NABI MUHAMMAD SAW.


Rais ‘Am Jam’iyah Ahlu Thariqah al-Mu’tabarah an an-Nahdliyah (JATMAN) al-Habib Luthfi bin Yahya menjelaskan, kemuliaan Nabi Muhammad Saw. seperti laut sedangkan kita sungai-sungainya. Kita membutuhkan laut untuk mengalirkan hasrat keimanan dan kecintaan kita ke laut Nabi, agar mendapat syafaatnya. Kadarnya, tergantung besar kecilnya sungai hati kita dan yang bisa mengukur besar kecilnya adalah kita sendiri.

Kita bershalawat kepada Nabi Saw. adalah seperti sungai mengalirkan air ke laut, mengharap syafaatnya. Shalawat itu sebagai alat untuk membuat besar kecilnya sungai. Kalau kita memakai peralatannya sekadar cangkul maka sungai yang dihasilkan kecil. Tapi kalau kita menggunakannya dengan alat besar seperti traktor tentu akan terbentuk sungai besar. Kita tak perlu ragu, sebab dengan makin besar alat atau sholawat, maka akan besar pula sungai yang kita buat.

Jangan takut akan besar kecilnya rizki, kalau kita memiliki sungai yang besar tentu di dalam sungai itu ada berbagai kandungan mineral rizkki. Termasuk diciptakannya seisi bumi dan alam sekitarnya, diciptakan Allah Swt. untuk membuktikan kalau Nabi Muhammad Saw. sangat mulia. Karena seluruhnya bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Sangat aneh, kalau kemudian ada sekelompok orang mengharam-haramkan peringatan Maulid Nabi.

Pantaskah kita masuk surga kalau frekuensi ibadah kita berupa shalat sangat sedikit? Bila diasumsikan umur kita mencapai 60 tahun, maka shalat yang kita jalankan hanya 270 hari. Dalam sehari, paling banter kita shalat 5 menit. Bila dikalikan 5 maka ada 25 menit dalam sehari. Untuk 1 tahun kita hanya shalat 6 hari saja.

Akibat minimnya ibadah kita, maka hanya satu harapan kita untuk memperoleh dispensasi nilai ibadah berupa syafaat dari Nabi Muhammad Saw. (Mau’idzah hasanah Maulana al-Habib Luthfi bin Yahya dalam Peringatan Maulid Nabi di Masjid al-Munawaroh dan Haul Kiai Anwar bin Kiai Munawar Kaligangsa Kulon, Kec. Brebes).

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 18 Januari 2014

http://www.muslimedianews.com/2014/01/habib-luthfi-bin-yahya-alam-semesta.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/01/alam-semesta-diciptakan-allah-swt-untuk.html

^PARENTING ALA ALI BIN ABI THALIB^

"Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu" itulah quote tekenal dari Ali Bin Abi Thalib RA, khalifah ke-4 umat islam yang terkenal dengan kepintaran, kejujuran dan juga kesetiaannya terhadap Rasulullah SAW.
Seperti sudah kita pahami bahwasannya mendidik dan membesarkan anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di jaman dahulu.
Menurut Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak:
1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)
Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya :
>> Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita - maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.
>>Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau sakit.
>> Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.
Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)
Kedudukan seorang tawanan perang dalam islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak bagi seorang anak untuk diberika hak dan kewajiban tertentu.
Rasulullah SAW mulai memerintahkan seoang anak untuk sholat wajib pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau mengukum dengan hukuman seperlunya) ketika iIa telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:
>> Melakukan sholat wajib 5 waktu
>> Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat
>> Menjaga pergaulan dengan lawan jenis
>> Membiasakan membaca Al-Qur'an
>> Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak seusianya
>> Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari
Reward dan punishment (hadiah/penghargaan/pujian dan hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi. Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setiap anak itu unik)

ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib Ra.
>> Berbicara dari hati ke hati
Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa. Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akanditayangkan da diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
>> Memberi Ruang Lebih
Setelah measuki usia akil Baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidakmerasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita. Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdo'a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
>> Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat.
Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola kuangannya sendiri
>> Membekali anak dengan keahlian hidup.
Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah" (Riwayat sahih Imam Bukhari dan Imam Muslm)
Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.
Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :
>Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaa diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
> Berenang = Survival of Live, mendidik anak agar selalu bersmangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
> Memanah = Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

Semoga saja kita para orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya dapat memberikan perlakuan yang tepat pada anak-anak, siapapun mereka, dari manapun mereka berasal, dan dimanapun mereka berada, karena anak-anak adalah tanggung jawab orang dewasa di sekitarnya.

JAWABAN HABIB MUNZIR AlMusawa Terhadap Tuduhan Orang Kafir: Halal Memperawani Wanita Usia 9 Tahun (Rasul Saw Manikahi Aisyah Ra)

Saya Jawab:
Mengenai hal ini, adalah kekhususan untuk sang Nabi saw, beliau saw berbeda dengan kita,
sebagaimana kesaksian beliau saw tidak makan dan minum berhari - hari, ketika para sahabat
mengikutinya maka beliau saw melarangnya, dan berkata : “sungguh aku tidak sama dengan
kalian, aku diberi makan dan minum oleh Allah” (Shahih Bukhari), demikianlah Mukjizat
para Nabi, demikian Mukjizat Isa bin maryam as yang menghidupakan orang mati, demikian
pula Mukjizat Musa as yang merubah tongkatnya menjadi ular, maka memperawani seorang
wanita dalam konteks orang awam adalah menyetubuhinya dengan syahwat, namun berbeda
dengan Rasulullah saw, Allah swt menciptakan aisyah untuk istri Nabi-Nya, tentunya Dia
Maha Luhur dari segala kekejian dan kebiadaban, karena seluruh ucapan sang Nabi saw
adalah perintah Allah swt : “Tiadalah ia berbicara dari hawa nafsunya, tetapi merupakan
wahyu yg diwahyukan oleh Allah swt” (Annajm 3-4).

Aisyah ra adalah seorang wanita yang cerdas dan jenius, Nabi saw membutuhkan seorang
wanita yang jenius dan cerdas untuk menyampaikan risalah pada kaum wanita, maka Jibril
as mewahyukan agar beliau saw menikahi Aisyah ra.

Dengan logika yang sempurna, dan hati yang beriman kami mempercayai bahwa Maryam
as adalah wanita suci yang bukan pendosa apalagi pezina, namun merupakan perintah Allah
swt. Dengan hati suci dan iman, kami kaum muslimin mempercayai bahwa Isa bin Maryam
adalah anak suci dan sesekali bukan anak zina, namun merupakan perintah Allah swt. Dengan
kesucian dan Iman, kami kaum muslimin mempercayai bahwa Muhammad saw menikahi
Aisyah dan istri - istrinya bukan karena nafsu, namun merupakan perintah Allah swt.

Tuduhan anda dengan logika bahwa Muhammad saw bernafsu birahi dan sex maniac
karena menikahi banyak wanita dan wanita dibawah umur, berarti anda berlogika
pula bahwa Maryam as adalah pelacur biadab yang berkedok wanita suci, Dan Isa
bin Maryam adalah anak haram jadah dan bukan putra suci, demikianlah logika yang
kotor berbicara, demikian logika jahat menilai, bagaimana wanita hamil tanpa ayah..?,
lalu anak apakah itu..?, bukankah anak haram dari hasil zina lalu kalian mengakuinya
sebagai Tuhan..??, adakah logika lebih bodoh dari ini..?,
namun anda dapat membandingkan mana logika sempurna dan mana logika jahat.